Launching Wayang Babad Kartasura: Menghidupkan Kembali Spirit Budaya Kartasura di UIN Raden Mas Said Surakarta

oleh
oleh
filter: 0; fileterIntensity: 0.0; filterMask: 0; module: j; hw-remosaic: 0; touch: (0.46875, 0.46875); modeInfo: ; sceneMode: Hdr; cct_value: 0; AI_Scene: (-1, -1); aec_lux: 224.5291; hist255: 0.0; hist252~255: 0.0; hist0~15: 0.0;

Surakarta – Sebuah acara istimewa digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta dengan peluncuran *Wayang Babad Kartasura*, sebuah seni pewayangan yang mengisahkan perjalanan dan nilai-nilai luhur Keraton Kartasura. Acara ini dihadiri oleh tokoh-tokoh budaya dan masyarakat yang antusias menghidupkan kembali sejarah Kartasura sebagai pusat peradaban Islam dan budaya Jawa.

Acara dibuka dengan sambutan dari KRT Djuyamto Rekso Pradoto, SH, MH, yang menyampaikan apresiasi mendalam terhadap semangat gotong royong dan kebersamaan warga dalam melestarikan warisan budaya. “Saya salut dengan semangat rukun yang diwariskan oleh para leluhur, yang harus kita pertahankan dan teruskan kepada generasi muda,” ujar Nopo Djuyamto. Ia juga mengisahkan pengalaman pribadinya dalam merawat dan menghidupkan situs-situs bersejarah di Kartasura.

Dalam sambutannya,Bopo Djuyamto menyinggung bahwa ide peluncuran *Wayang Babad Kartasura* ini muncul dari keinginan untuk mengabadikan nilai-nilai luhur Kartasura dan menjaga agar generasi penerus tetap menghormati warisan nenek moyang. Ia juga menekankan pentingnya kegiatan seni seperti wayangan dan sadranan sebagai sarana untuk terus menjaga ikatan budaya dan spiritual masyarakat Jawa.

Diskusi budaya ini dipandu oleh Halilintar Cakra, S.Sn, M.Sn sebagai moderator, dengan narasumber seperti Sri Nalendra Kalasebo, seorang budayawan Jawa Tengah, Dr. Rudy Wiiratama, S.IP, MA, Satrio Dwicahyono, M.Sc, MA, dan Ki Wahyu Dunung Raharjo, S.Sn. Para narasumber menyampaikan pandangan mereka tentang pentingnya menjaga tradisi budaya sebagai benteng identitas dalam menghadapi perubahan zaman. Sri Nalendra menyatakan, “Warisan budaya bukan hanya peninggalan, tetapi juga amanah yang harus kita rawat dan ajarkan pada generasi mendatang.”

Acara ini sekaligus menjadi ajang refleksi bagi para tokoh masyarakat dan budaya, serta bagi generasi muda yang diharapkan mampu melanjutkan estafet pelestarian budaya Kartasura.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.