Seminar Pemuda Muhammadiyah 2024: Dorong Inovasi Ekonomi Kreatif Surakarta

oleh
oleh

Surakarta-Seminar “Masa Depan Ekonomi Kreatif Surakarta” yang diselenggarakan oleh Pengurus Daerah Pemuda Muhammadiyah sukses digelar di Balai Muhammadiyah Surakarta. Acara ini menghadirkan narasumber terkemuka yaitu Respati Ardi, SH, MH, Ketua HIPMI Surakarta; Kusnadi Ikhwani, MM, Komisaris Geprek Group; dan Ibrahim Fatwa, Ph.D, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Solo. Dihadiri oleh ratusan peserta yang antusias, seminar ini mendalami sektor ekonomi kreatif di kota Surakarta.

Dalam sambutannya, Ketua PD Pemuda Muhammadiyah menekankan pentingnya sektor ekonomi dalam peradaban manusia. “Berbicara tentang sektor ekonomi, ini adalah sektor yang tidak lepas dari peradaban umat manusia sejak awal hingga sekarang. Ekonomi adalah bagaimana manusia bertahan hidup,” ujarnya.

Ia menambahkan, Muhammadiyah sangat memahami hubungan erat antara dakwah dan ekonomi. “Muhammadiyah menekankan pentingnya amal usaha untuk mendukung pergerakan dan dakwahnya, baik di tingkat nasional maupun di tingkat ranting. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke Madinah. Beliau membangun masjid dan pasar umat Muslim sebagai langkah awal,” jelasnya.

Dalam konteks dakwah, Ketua PP Muhammadiyah juga menekankan pentingnya ekonomi yang jujur dan adil, mengingat pasar Yahudi pada masa itu penuh dengan ketidakadilan. “Nabi Muhammad SAW memahami bahwa dakwah dan ekonomi harus berjalan beriringan. Beliau membentuk pasar sendiri untuk umat Muslim yang lebih adil,” katanya.

Seminar ini semakin menarik dengan kehadiran tiga narasumber utama yang memiliki pengalaman dan wawasan luas dalam bidang ekonomi kreatif. Respati Ardi, SH, MH, sebagai Ketua HIPMI Surakarta, berbagi pandangannya tentang bagaimana ekonomi kreatif dapat menjadi motor penggerak ekonomi lokal. Kusnadi Ikhwani, Komisaris Geprek Group, menceritakan perjalanan sukses bisnis kuliner yang dirintisnya dan bagaimana inovasi menjadi kunci keberhasilan. Sementara itu, Ibrahim Fatwa, Ph.D, Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Solo, mengupas pentingnya prinsip ekonomi syariah dalam pembangunan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

Seminar ini juga mengajak para peserta untuk berkolaborasi dan berinovasi dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Surakarta. “Kami membuka ruang kolaborasi dengan desainer interior lokal, siap membantu meningkatkan kualitas produk dan bersaing di pasar global,” kata salah satu narasumber.

Dengan acara ini, Pemuda Muhammadiyah Surakarta berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam mendorong kemajuan ekonomi kreatif di Surakarta, serta memperkuat sinergi antara dakwah dan ekonomi untuk kesejahteraan umat.

Astrid Widayani, Rektor Universitas Surakarta, yang juga hadir sebagai undangan, memberikan pandangannya tentang acara ini. “Kegiatan yang diselenggarakan oleh teman-teman dari Muhammadiyah ini sangat menarik dan saya sangat mengapresiasi upaya mereka dalam mendorong sektor ekonomi kreatif di Solo. Terutama dalam menggerakkan generasi muda ke arah digital dan inovasi,” ujarnya.

Astrid menekankan pentingnya inovasi dan anggaran dalam menggerakkan pertumbuhan kota. “Inovasi sangat penting, terutama dalam hal pemasukan anggaran yang bisa diselenggarakan oleh setiap wilayah, terutama kota. Selain itu, kita perlu melihat dari perspektif yang lebih luas, tidak hanya dari sisi produk, tetapi juga jasa, UMKM, dan industri-industri yang ada di dalam ekonomi kreatif,” tambahnya.

Ia juga menyoroti sinergi antara kepemudaan dan ekonomi kreatif dalam konteks Pilkada. “Saya senang melihat sinergi ini karena Muhammadiyah sangat peduli terhadap peran pemuda di masyarakat. Ekonomi kreatif saat ini banyak digunakan oleh anak-anak muda, dan melalui kegiatan ini, kita dapat memperluas wawasan tentang ekonomi kreatif,” kata Astrid.

Ibrahim Fatwa, Ph.D, dalam pemaparannya, membahas tentang peran kepercayaan (trust) dan amanah dalam mengakses permodalan bagi pelaku industri kreatif. “Ekonomi kreatif memiliki potensi yang sangat besar. Pada tahun 2017-2018, sektor ini mampu menggerakkan sekitar 1000 triliun rupiah dan melibatkan jutaan pelaku bisnis. Namun, banyak dari mereka masih kesulitan mengakses permodalan,” ungkapnya.

Ibrahim menjelaskan bahwa hanya sekitar 12% pelaku bisnis di sektor ekonomi kreatif yang mendapatkan permodalan dari perbankan. “Banyak kendala yang dihadapi, seperti ketidakadaan jaminan dan bunga margin yang tinggi. Oleh karena itu, peran trust atau amanah menjadi sangat penting. Kepercayaan dapat meminimalisir permintaan jaminan dan menurunkan suku bunga, sehingga meningkatkan pembiayaan yang bisa diakses oleh pelaku industri kreatif,” jelas Ibrahim.

Menurutnya, untuk mengatasi tantangan ini, pelaku industri kreatif harus menunjukkan integritas dan keterampilan mereka. “Dalam Islam, kepercayaan atau amanah memiliki dua syarat: menunjukkan integritas dan kebaikan hati, serta menunjukkan keterampilan. Ini sangat relevan bagi para pelaku industri kreatif saat ini,” tutup Ibrahim.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.