Solo – Majelis Pendidikan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo menggelar workshop kurikulum Ismuba (Al Islam, Kemuhammadiyahan, dan Bahasa Arab) pada Kamis (16/5/2024) di Aula Balai Dakwah Muhammadiyah, Keprabon, Solo. Acara tersebut menghadirkan narasumber Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Dr. Iwan Junaedi, S.Si., M.Pd.
Workshop ini diikuti oleh 180 peserta yang terdiri atas kepala sekolah, wakasek kurikulum, wakasek Ismuba dari SD, SMP/MTs, SMA/SMK Muhammadiyah, pengurus FGM Solo, dan tamu undangan.
Dr. Iwan Junaedi mengumumkan bahwa Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan mengeluarkan kurikulum baru Ismuba. “Salah satu perbedaan kurikulum baru ini adalah berbasis aktivitas dan program pembiasaan. Selain intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler, juga ada program pembiasaan. Program ini akan melibatkan guru-guru dalam kegiatan hizbul wathan, tapak suci, kegiatan harian, doa harian, tahfiz, tahsin, dan sebagainya,” jelasnya.
Dr. Iwan Junaedi menambahkan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut akan dikelola oleh guru-guru yang memiliki kompetensi. Selain itu, sekitar 30 persen dari jumlah jam belajar adalah tatap muka, sementara 70 persen adalah implementasi di lapangan yang terkontrol dalam program pembiasaan. “Ismuba lebih implementatif dan tidak terlalu teoritis, sehingga muatan materi akan lebih kepada praktik-praktik harian dibanding teori yang dihafal,” ungkapnya.
Ia berharap Ismuba akan menjadi pembelajaran yang bermakna, tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah. Dengan demikian, diharapkan akan terbentuk generasi yang berbeda karena terbiasa dengan praktik keagamaan yang dijalankan secara konsisten.
Menanggapi perubahan kurikulum Ismuba, Ketua Majelis Pendidikan Solo, Dr. Mohammad Ali, S.Ag., M.Pd., berharap melalui workshop ini guru-guru sekolah Muhammadiyah dapat memahami perubahan kurikulum tersebut. “Perubahan kurikulum Ismuba ini sangat meringankan bagi sekolah. Pola kurikulum Ismuba akan lebih hidup, lebih mudah dipahami, dan lebih terintegrasi dengan kegiatan di sekolah,” ujarnya.
Dr. Mohammad Ali menambahkan bahwa Ismuba menjadi core value dalam pengembangan sekolah, bukan lagi sekadar mata pelajaran. “Ismuba harus menjadi nilai-nilai yang hidup (living value) di setiap aspek pendidikan di sekolah Muhammadiyah,” tegasnya. Menurutnya, nilai-nilai Ismuba harus tercermin dalam cara berpikir, bersikap, dan bertindak para guru di sekolah Muhammadiyah.
Dr. Mohammad Ali menegaskan bahwa mata pelajaran Ismuba menjadi pembeda sekolah Muhammadiyah dengan sekolah lain. “Keunggulan sekolah tidak hanya ditentukan oleh kualifikasi akademik guru, tetapi oleh kurikulum yang dijalankan. Di sekolah Muhammadiyah, kurikulum Ismuba harus menjadi pembeda dan faktor determinan untuk pelayanan prima kepada siswa dan masyarakat,” pungkasnya.
Suratman, S.Pd.I., Wakasek Kesiswaan SMA Muhammadiyah 1 Solo sekaligus guru Ismuba, mendukung penerapan kurikulum baru Ismuba. Menurutnya, penerapan kurikulum baru ini lebih baik karena melibatkan semua guru dan terintegrasi dengan mata pelajaran umum. “Kurikulum Ismuba lebih mengedepankan orientasi dan implementasi di lapangan, sehingga tidak banyak teori tetapi lebih banyak praktik. Dengan demikian, karakter-karakter Ismuba dapat tertanam di siswa dan menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari,” jelasnya.