Sukoharjo – Warga Kartasuro merayakan halal bihalal bertemakan “Lebar Luber Lebur ing Manah” dengan suatu acara istimewa yang menghadirkan pagelaran wayang kulit dalang cilik dan peresmian gamelan kyai Wonokerto. Acara tersebut berlangsung di gedung PKP Ngabeyan Kartasura, yang dipilih karena merupakan gedung tertua di Kartasura dengan usia lebih dari 40 tahun. Pada Sabtu malam (11/5/2024)
Acara tersebut dihadiri oleh ratusan warga Kartasura dari berbagai kalangan, termasuk dinas terkait, forkopincam, komunitas, pekerja seni, serta tokoh masyarakat seperti Ki dalang Warseno Slank. Rangkaian kegiatan meliputi acara halal bihalal, peresmian gamelan, dan pentas dalang cilik.
Krth Suratno, selaku panitia acara, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menyatukan semua organisasi dan komunitas yang ada di Kartasura dalam suasana halal bihalal. “Kami ingin menjadikan satu kesatuan dalam halal bihalal malam hari ini, untuk memperkuat sinergi dan silaturahmi di antara warga Kartasura,” ujarnya.
Dalam pagelaran wayang kulit, empat dalang cilik memainkan lakon yang berbeda-beda, termasuk lakon Gatutkaca lahir dan Anoman suto. Harapan dari kegiatan ini adalah untuk memperkuat kebersamaan dan menjaga kebudayaan serta silaturahmi di Kartasura.
Dalam sambutannya, Djuyamto, tokoh masyarakat Kartasura, menyampaikan apresiasi atas kehadiran semua pihak dalam acara tersebut. Ia juga menekankan pentingnya gamelan kyai Wonokerto sebagai warisan budaya yang harus dijaga bersama untuk generasi mendatang.
“Kami berharap gamelan ini menjadi alat kita semua untuk mempertahankan jati diri bangsa kita. Budaya adalah pertahanan terakhir bangsa kita, dan melalui gamelan ini, kami ingin melibatkan semua elemen masyarakat dalam menjaga keberlangsungan seni budaya Kartasura,” kata Djuyamto.
Acara ditutup dengan harapan agar gamelan kyai Wonokerto dapat terus menjadi simbol kebersamaan dan semangat dalam menjaga warisan budaya Kartasura.