Lumajang-Semeru berhubungan erat dengan legenda asal mula tanah Jawa. Alkisah, Pulau Jawadwipa semula mengambang di samudra luas, terus berpindah di lautan.
Dewa Syiwa memerintahkan para dewa untuk memaku pulau ini menggunakan gunung suci Meru di India. Potongan Meru itu digendong oleh Dewa Wisnu yang menjelma kura2 raksasa, dibelit Dewa Brahma yang menjelma naga raksasa.
Sebagian dari potongan itu tercecer di sepanjang pulau Jawa, dari barat sampai ke timur, menjadi rangkaian gunung berapi yang memaku pulau Jawa pada tempatnya. Itulah sebabnya, gunung berapi dalam tradisi Jawa disebut sebagai “Paku Bumi”. Bagian yang paling penting, puncak dari potongan Meru itu, jatuh di bagian timur pulau, menjadi Semeru (“Meru yang Sempurna”).
Meru dalam tradisi Hindu-Buddhis India adalah tempat kediaman para dewa. Demikian pula di Jawa, Semeru tetap dianggap sebagai gunung suci. Kota Lumajang, namanya berasal dari luma hyang, “rumah para dewa (hyang)”.
Semeru adalah raksasa yang senantiasa dihormati sekaligus ditakuti. Tapi dia jugalah yang memberi kesuburan, memberi kehidupan dan kebanggaan.