Surakarta – Pagelaran wayang kulit bertajuk “Babad Kartasura” sukses digelar di Pendhapa Ageng Gendhon Humardani, Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta pada 2 Januari 2025. Acara ini menghadirkan kolaborasi tiga dalang muda berbakat, yaitu Ki Tulus Raharjo, S.Sn, Ki Amar Pradopo, S.I.Kom, dan Ki Wahyu Dunung Raharjo, S.Sn, dengan tujuan melestarikan kesenian wayang kulit sekaligus menyampaikan nilai sejarah kepada generasi muda.
Pagelaran ini diprakarsai oleh K.R.A.Kanjeng Raden Ario Dr.H Djuyamto Rekso Adiningrat dengan mengangkat kisah sejarah Babad Kartasura, yang menceritakan awal mula berdirinya Kasunanan, Kasultanan, dan Mangkunegaran. Acara ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi yang menarik tentang sejarah melalui media kesenian tradisional.
OM Djoe menyampaikan Tujuan Pagelaran babad Kartasura ini kepada awak media adalah pertama untuk melestarikan seni wayang kulit sebagai warisan budaya dunia yang telah diakui UNESCO.
Kedua Mengembangkan kesenian dengan kreasi dan inovasi agar lebih menarik bagi generasi milenial Ketiga Menghadirkan sejarah dalam bentuk visualisasi yang memudahkan penonton memahami peristiwa penting dalam sejarah Kartasura.
Om djoe menambahkan Sorotan Kolaborasi tiga Dalang Muda, Ki Tulus,Ki Dunung dan Ki amar Ketiga dalang muda memiliki peran penting dalam membawakan kisah dengan gaya yang segar namun tetap autentik. Mereka tidak hanya menampilkan cerita yang menarik tetapi juga memastikan akurasi sejarah dengan penelitian mendalam.
Hal yang sama Suratno, S.Pd, M.Pd (Kepala UPT. Taman Budaya Jawa Tengah) menyampaikan pesan dari Pagelaran Di tengah gempuran budaya asing melalui teknologi dan media sosial, pagelaran ini menjadi upaya nyata dalam mempertahankan dan mengembangkan seni wayang kulit.
Juga menyampaikan Rencana Masa Depan Taman Budaya Jawa Tengah berencana menggelar pagelaran serupa sebanyak 11 kali dalam setahun, termasuk dua kali pagelaran Wayang Bule untuk semakin memperkaya khazanah budaya Jawa.
Pagelaran Wayang Babad Kartasura tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi sarana edukasi yang efektif untuk memahami sejarah serta menjaga warisan budaya agar tetap hidup dan relevan di masa depan.
Melalui inovasi dan kolaborasi, kesenian wayang kulit diharapkan dapat terus tumbuh dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat modern