BERILMU DICINTAI KARENA HATI
SUKOHARJO. Kartasura-Thinthier Setia Hati, Perbuatan yang dilakukan karena harta akan hilang pengagungannya dengan hilangnya harta. Berbeda dengan orang yang berilmu, dia akan senantiasa dihargai dan dimuliakan. Karena ilmu adalah sesuatu yang menetap pada diri pemiliknya.
Perbuatan yang dilakukan untuk seseorang karena mempertimbangkan hartanya (baik itu ketika dia dimuliakan/dihormati/dicintai karena hartanya), kalau hartanya habis dan terpisah dari dirinya, maka semua perbuatan tersebut akan hilang seluruhnya.
Sampai terkadang orang yang tadinya terbiasa melayani dia, selalu mengusahakan kebaikan untuknya, ketika hartanya tidak ada lagi orang ini kadang-kadang tidak mau lagi mengucapkan salam kepadanya. Ini menunjukkan bagaimana hinanya sesuatu yang dilakukan hanya karena pertimbangan harta semata-mata.
Banyak yang mengungkapkan hal ini dengan perkataan:” Barangsiapa yang mencintaimu karena satu urusan, maka hal tersebut akan hilang ketika hilang urusan itu.”
Orang yang pandai bersyair mengungkapkan di dalam sya’irnya :
” Anak-anak dari pamanku senantiasa berkata kepadaku ketika saya datang : ” Selamat datang “, tapi ketika mereka melihatku menjadi orang yang susah maka matilah ucapan selamat datang tersebut.”
Dan termasuk hal ini adalah ungkapan yang dikatakan :
“Jika kamu dimuliakan oleh manusia karena harta atau kekuasaanmu, jangan sekali-kali kamu terkagum-kagum dengan hal tersebut. Karena akan hilang kemuliaanmu ketika hilang dua perkara tadi. Akan tetapi yang hendaknya menjadikan kamu kagum adalah kalau kamu dimuliakan karena ilmu atau keyakinan dan keimananmu.”
Perkara ini tidak bisa dipungkiri dikalangan manusia. Sampai-sampai orang-orang itu terkadang mengagumkan seseorang karena pakaian yang dipakainya. Kemudian setelah dia melepaskan pakaiannya, maka tidak terlihat lagi pengagungan atau penghormatan yang mereka berikan tadinya, padahal itu adalah orang yang sama.
Pernah suatu ketika ada orang Arif berilmu diundang untuk menghadiri satu walimah. Maka datanglah dia dengan memakai pakaian biasa. Ketika itu dia dilarang masuk. Akhirnya dia pulang dan memakai pakaian yang lebih bagus. Akhirnya diizinkan masuk. Maka ketika mulai dihidangkan makanan, dia memasukkan lengan pakaiannya kedalam makanan (yakni disuruh pakaiannya yang makan, karena pakaiannya yang diundang).
Ini tentu teguran hendaknya jangan memuliakan orang hanya karena penampilan atau kekayaannya saja.
Ini tentu saja berbeda dengan perbuatan yang dilakukan karena ilmu. Karena semua kehormatan dan pemuliaan tersebut tidak akan hilang selama-lamanya, bahkan semua justru semakin bertambah dan bertambah selama orang yang berilmu itu tetap menjaga ilmunya.
Maka dari itu tidak akan bosan dan lelah untuk kita saling mengingatkan betapa pentingnya ” BERILMU DAN BIJAKSANA DENGAN HATI “
Maka perbuatan karena ilmu dan keyakinan iman akan jelas lebih agung dibandingkan dengan perbuatan karena harta. Karena perbuatan karena ilmu akan dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Yakni orang yang berilmu dicintai dari hati. Berbeda orang yang diagungkan karena harta, terkadang orang-orang memuliakan secara dzahir saja tapi hatinya membenci. Dan saat dia tidak berharta lagi maka orang-orang yang semula mengagungkan dan memuliakan akan berubah menjauhi.
INGAT!!!
” Berilmu karena hati…
Disegani karena hati…
Berguna karena hati…
Dihormati karena hati…
Dan dikenang dengan cinta karena hati…”
Cermin kasih sayang, persahabatan dan persaudaraan, akan menghimpun banyak pikiran dalam satu naungan lingkup keluarga. Ikat kuat kesadaran guyub rukun saling asah asih asuh dengan hati.(ObieGoes)