SOLO – Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, hadir di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan akan bawakan 5 gending pentas wayang kulit dalam rangka Milad UMS ke-63 di sesi pra acara untuk mengapresiasi dalang cilik Muhammadiyah Gibran Maheswara Javas Setyawan dan Brama Kesawa putra dari Ki Cahyo Kuntadi Skar MSn, Sabtu malam Minggu, 13 November 2021.
Demikian disampaikan Kepala Sekolah Hj Sri Sayekti melalui Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Jatmiko, special pra acara Gending untuk Pra Acara di awali gending Sukoharjo Makmur, Cinta NKRI karya (Ki Sarmadi SU), Empat Pilar Kebangsaan (Karya Ki H Manteb Sudarsono), Identitas Jawa Tengah (Ki Nartosabdo) dan Lancaran Semangat 45 (Karya : Ir Sukarno dan Ki Nartosabdo)
”Yang istimewa dalam gara-gara akan ditampilkan Lancaran Pendidikan Karakter Karya Agung Sudarwanto dan Pepiling Karya Ki Anom Suroto, selain 5 gending untuk pra acara,”jelas Jatmiko.
Selanjutnya, kata Jatmiko, dengan adanya apresiasi dalang cilik, maka Dalang Cilik bisa jadi penjaga warisan budaya dunia.
“Dalang Cilik penerus istafet tangguh dan tumbuhnya jagad mendalang menuju menuju Era Super Smart Society 5.0. seperti dalam synopsis yang ditulis Ki Agung Sudatrwanto,” ungkapnya.
Sutradalang Agung Sudarwanto mengungkapkan Alur cerita Gatutkaca Jedhi yang disajikan bertujuan memberikan semangat mahasiswa untuk menjadi insan yang tangguh dan unggul dalam menghadapi tantangan jaman serta ilmunya akan mencerahkan bagi kehidupan.
“Pengukuhan, dalam lakon ini Gatutkaca dikukuhkan sebagai sebagai sraya atau utusaning bebener dan simbol nilai kebenaran untuk ditebarkan dimuka bumi melalui ilmu dan pengetahuan yang didapatkannya,” ujar Agung.
Menurut Agung, Pembentukan karakter seseorang dipengaruhi oleh pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam proses pembelajarannya dibutuhkan kehadiran pembimbing ataupun guru untuk memahamkan dan menerapkan ilmu yang didapat sehingga mencapai tataran bermanfaat bagi alam semesta mampu “memayu hayuning bawana”.
“Jabang Tetuka masa kecil Gatutkaca mengalami proses pendidikan dan pendewasaan yang luar biasa. Ia dibimbing oleh para dewa dan dijedhi di kawah Candradimuka sebagai penanda mengalami proses pembelajaran dan pendewasaan dengan tempaan panasnya bara api dan daya sakti senjata para dewa,” tandasnya.