Wonogiri – Puluhan orang terlihat serius mengikuti tayangan demi tayangan di layar LCD. Sesekali gelak tawa dan komentar beberapa penonton terdengar ketika melihat tayangan yang lucu atau menggelitik.
Warga Dusun Sumberrejo, Desa Sirnoboyo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, Pada Minggu, 7 November 2021 lalu , bersama-sama nonton bareng (Nobar) Film berjudul Subur itu Jujur. Peserta pertemuan yang sebagian besar adalah pemuda dan pemudi karang taruna itu menyimak dengan bahagia film pemenang Anti-Corruption Film Festival (ACF Fest) 2018.
Dosen STAIMAs Wonogiri, Ruslina Dwi Wahyuni, S.Sos.I, M.AP yang mengajak Nobar beberapa kali mengajak yang hadir aktif untuk berkomentar. “Ayo siapa yang tahu inti dari film Subur itu Jujur? Ayo siapa yang mau berkomentar. Coba mahasiswa juga ikut menjawab,” ujar Lina penyuluh KPK itu.
Salah satu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Masyarakat (KKN PM), Astriyono, menuturkan bahwa film Subur itu Jujur mengajarkan betapa pentingnya kejujuran.
“Jujur itu harus dilatih sejak kecil. Jujur di mana pun dan kapan pun meski tidak ada manusia yang melihat,” ujar Astiryono.
Selain belajar seputar kejujuran, masyarakat yang hadir sebelumnya mendapatkan materi tentang Pentingnya Moderasi Beragama.
Dosen Pendamping Lapangan (DPL) KKN PM STAIMAS, Harno SPd, MPd.I, menuturkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, moderasi diartikan sebagai pengurangan kekerasan dan penghindaran ektrimisme.
“Quraish Shihab mengartikan moderasi sebagai keseimbangan dalam segala persoalan hidup duniawi dan ukhrawi beradaptasi dengan situasi yang dihadapi berdasar petunjuk agama dan kondisi objektif. Cara pandang moderasi beragama yaitu sikap dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah-tengah, selalu adil dan tidak ekstrem dalam beragama,” jelas Harno.
Dia menjelaskan prinsip dasar moderasi ada tiga. Pertama, adil yaitu tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada kebenaran, sepatutnya tidak sewenang-wenang. Kedua, berimbang yakni cara pandang, sikap dan komitmen untuk selalu. Berpihak kepada keadilan, kemanusiaan dan persamaan.
“Ketiga adalah toleran, penghargaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat,” paparnya.
Selain soal kejujuran dan moderasi beragama, masyarakat juga diajak mengoptimalisasikan web Desa Sirnoboyo. Dosen STAIMAS Wonogiri, Nadhiroh, S.Sos.I, M.I.Kom, melihat web Desa Sirnoboyo yaitu sirnoboyo.sideka.id sudah lama tidak diupdate informasinya.
“Mari teman-teman Karangtaruna bisa ikut berkontribusi mengisi web desa. Sejak April 2021 belum diupdate lagi informasinya. Pasti sudah banyak kegiatan yang dilaksanakan. Informasi-infomrasi itu perlu disampaikan kepada publik. Ayo diaktifkan lagi webnya,” ucap Nadhiroh.